Artificial Intellegence

Pengertian Artificial Intellegence

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) istilah yang mungkin akan mengingatkan kita akan kehebatan optimus prime dalam film The Transformers. Kecerdasan buatan memang kerap diidentikkan dengan kemampuan robot yang dapat berperilaku seperti manusia. Definisi Kecerdasan Buatan, Berbagai definisi diungkapkan oleh para ahli untuk dapat memberi gambaran mengenai kecerdasan buatan beberapa diantaranya :

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas (H. A. Simon [1987]).

Kecerdasan Buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia (Rich and Knight [1991]).

Kecerdasan Buatan (AI) merupakan cabang dari ilmu komputer yang dalam merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristic atau dengan berdasarkan sejumlah aturan (Encyclopedia Britannica).

AlphaGo

Salah satu contoh program AI adalah AlphaGo. AlphaGo adalah program komputer yang dikembangkan oleh Google DeepMind di London untuk memainkan permainan papan Go.[1] Pada Oktober 2015, AlphaGo menjadi program Go komputer pertama yang mengalahkan pemain manusia profesional tanpahandicap pada papan berukuran 19×19. Go adalah sebuah permainan papan strategi di mana dua pemain –pemegang bidak hitam dan putih– berupaya untuk menjadi yang paling dominan. Permainan ini berasal dari Tiongkok dan sudah dimainkan sejak 2.500 tahun lalu.

Pada saat pertandingan antara AlphaGo melawan juara dunia permainan Go dari Korea Selatan, Lee Sedol, cukup menjadi sorotan masyarakat Korea Selatan. Pasalnya, Lee Sedol adalah salah satu yang terbaik pada permainan Go, disebut “baduk” di Korea merupakan pemegang Dan-9, peringkat tertinggi dalam Go, setara dengan Grandmaster pada catur.

Ia sudah menjadi pemain profesional sejak usia 12 tahun, menang pada lebih dari 1.000 pertandingan, dan 18 kali menjadi juara dunia, oleh karena itu, pada awalnya nyaris tak ada yang menjagokan AlphaGo. Mereka bertanding dengan sistem best-of-five games mulai 8 Maret 2016 di Seoul, Korea Selatan. Pemenangnya akan mendapatkan hadian USD1 juta dari Google

Tetapi AlphaGo meruntuhkan segala perkiraan tersebut dengan menyapu bersih kemenangan pada tiga pertandingan awal.Baru pada pertandingan keempat Lee bangkit, menang, dan mendapat sambutan yang sangat meriah. Tetapi AlphaGo kembali menang pada pertandingan terakhir, Selasa (15/3/2016), menutup seri dengan keunggulan 4-1, dan merebut hadiah USD1 juta. Google menyatakan hadiah tersebut akan disumbangkan untuk badan amal.

Kemampuan untuk belajar

Rahasia kemenangan AlphaGo adalah kemampuannya untuk terus belajar.

Program komputer itu dirancang oleh sang pencipta, Demis Hassabis, untuk terus memperbaiki diri dengan cara bertanding melawan dirinya sendiri jutaan kali dan mempelajari ribuan pertandingan Go.

“Kami menyebutnya penguatan pembelajaran dalam,” kata Hassabis dalam wawancara dengan The Guardian. “Itu adalah kombinasi antara belajar mendalam, jaringan neural, dengan penguatan pelajaran.

“Jadi ia belajar melalui percobaan dan kesalahan, lalu secara bertahap belajar dari kesalahan itu sehingga akhirnya bisa memperbaiki pengambilan keputusan.”

Saat berkompetisi, AlphaGo dijalankan oleh jaringkan komputer awan milik Google, menggunakan 1.920 prosesor dan 280 GPU (graphic processing unit), serta cip khusus yang mampu melakukan penghitungan simpel dalam jumlah yang banyak. Sementara versi sederhana program ini “hanya” butuh sebuah komputer dengan 48 prosesor dan delapan GPU.

Keberhasilan AlphaGo mengalahkan manusia dalam permainan Go ini mempercerah harapan untuk menciptakan AI yang lebih baik dan berguna bagi manusia.

Hassabis menyatakan bahwa menguji AI dalam sebuah permainan adalah jalan terbaik untuk menguji algoritma yang pada akhirnya akan diterapkan untuk membantu manusia mengatasi berbagai masalah.

“Karena metode yang kami gunakan untuk menciptakan AlphaGo bertujuan umum, kami berharap suatu hari nanti ia bisa diperluas untuk membantu … para ilmuwan mengatasi masalah sosial yang paling berat dan mendesak, dari model iklim hingga analisis penanganan kesehatan dan pengakit,” tuturnya.

Namun sehebat apapun AlphaGo saat ini, ahli robotik dan AI Jean-Christophe Baillie menyatakan bahwa ia masih jauh dari kecerdasan sesungguhnya.

Kecerdasan sesungguhnya, menurut Baillie seperti dikutip MIT Technology Review, membutuhkan tidak hanya kemampuan mempelajari sesuatu yang rumit, tapi juga wujud dan kemampuan untuk berkomunikasi.

Jadi, walaupun komputer sudah bisa melakukan tugas yang lebih kompleks –seperti bermain Go–, masih butuh waktu sebelum mereka bisa benar-benar menggantikan tugas manusia.

 

Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/AlphaGo

http://web.if.unila.ac.id/purmanailuswp/2015/09/13/pengertian-artificial-intelligence-kecerdasan-buatan/

https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/manusia-1-4-alphago-bukti-bangkitnya-kecerdasan-buatan

Leave a comment